Sunday, 7 February 2010

NUSAKAMBANGAN AS LITTLE AMAZONE AND ALCATRAZ

1
Kumpulan Makalah Periode 1987-2008
POTENSI P. NUSAKAMBANGAN SEBAGAI LITTLE AMAZONE OF JAVA & ALCATRAZ OF INDONESIA *)

Oleh: Tarsoen Waryono **)

Pendahuluan

Mencermati cerita dan atau omong-omong tentang Nusakambangan, dulu terkesan
sangat menyeramkan dan angker, karena suasana lingkunganya berupa hutan dan
merupakan daerah khusus pembinaan narapidana kelas berat. Namun sebaliknya, kini tidak lagi demikian, bahkan setiap insan ingin menginjak dan atau menjelajahinya.

Pulau yang dulunya angker ini, kini telah sedikit berubah suasana, di beberapa tempat dijumpai beberapa orang yang bukan narapidana dan atau pegawai Lembaga Pemasyarakatan, akan tetapi mereka adalah karyawan PT. Semen Cibinong
Cilacap. Di beberapa tempat dijumpai beberapa orang yang mengaku karyawan perusahaan
pengembangan budidaya pisang, serta beberapa masyarakat yang tampaknya sebagai pelaku
perambah hutan Nusakambangan.

Aktivitas-aktivitas baik yang terkoordinasi maupun tidak terkontrol, dalam jangka panjang sangat memungkinkan sebagai salah satu faktor penyebab terdegradasinya lingkungan di pulau yang memiliki potensi wisata alam dan sejarah yang unik.

Potensi Dan Aspek Permasalahannya

Panorama alam, baik gua-gua alam, pantai pasir putih, hutan alam hujan tropik basah
(cagar alam), serta bangunan bersejarah seperti rumah penjara yang dibangun oleh Belanda, benteng Portugis, tempat peristirahan dan komplek rumah penjara lainnya, merupakan potensi alam dan sejarah yang sangat memungkinkan untuk dijadikan atraksi-atraksi wisata yang berbeda lokasi wisata lainnya.

Gua-gua alam yang jumlahnya lebih dari 25 buah, kini masih tumbuh dan berkembang ditinjau dari pertumbuhan staklamit dan stalatitnya, dengan kedalam rata-rata 3-4
meter di bawah permukaan laut. Pantai pasir putih (permisan), merupakan panorama alam
pantai yang indah berada di antara laut bebas (samudra hindia) dan hutan alam tropis yang tergolong langka di Jawa Tengah.

*). Seminar Regional Penelusuran Daerah Tujuan Wisata Dalam Rangka Otonomi Daerah. LP. Nusakambangan, Kabupaten Cilacap 3 April 2003.
**). Staf Pengajar Jurusan Geografi FMIPA-UI.

Hamparan pantainya bersih, dan merupakan lokasi kawah candradimuka latihan dan
pelantikan Tentara Nasional (Kopasus) saat menerima baret merah, setelah melalui
perjalanan panjang dari Bandung-Nusakambangan selama satu minggu dan konon ceritanya
hanya berbekal gula merah dan garam.

Hutan alam tropis Nusakambangan, kini sebagaian telah dipertahankan sebagai
kawasan Cagar Alam (hutan tutupan), untuk pelestarian plasma nutfah, mempertahankan
jenis-jenis endemik, serta merupakan habitat satwa liar seperti macan kumbang, elang jawa, lutung, trenggiling dan beberapa jenis burung yang tidak lagi dijumpai di daratan kota Cilacap dan sekitarnya.

Bangunan sejarah rumah penjara yang dibangun 1912, sebanyak 6 buah komplek,
kini masih cukup kokoh, terletak saling berjauhan satu dengan lainnya, dan dihubungan
dengan sarana jalan lintas darat. Selain rumah penjara, tempat peristirahan bagi orang-orang Belanda juga dibangun dan dilengkapi dengan sarana olah raga (kolam renang dan lapangan tenis).

Nusakambangan hingga tahun 1980-an, merupakan kawasan tertutup, namun kini
sebaliknya bahwa aktivitas yang erat kaitannya dengan pemanfaatan sumberdaya alam telah mulai tumbuh dan berkembang. Penambangan bahan baku semen, tam-paknya merupakan
salah faktor terdegradasinya batuan dasar kapur, walaupun tin-dakan rehabilitasi lahan telah dirancang dan diimplemtasikan.

Pertanyaan yang cukup mendasar, (a) sejauh mana tingkat keberhasilan rehabilitasi
kawasan pasca tambang bahan baku semen dilakukan, (b) apakah secara ekologis menjamin
pulihnya peranan fungsi ekosistem habitat kapur, setelah hasil rehabilitasi berumur 20 tahun?, (c) sejauh mana ekses yang terjadi (dampak) turunan terhadap geohidrologi tanah kapur dan gua alam.

Mestinya konsepsi rehabilitasi yang aman dan rasional, perlu pemulihan habitat
(reklamasi habitat) dengan mendatangkan top soil (lapisan tanah atas) yang bersumber bukan tanah kapur. Demikian halnya dengan rencana pengembangan budidaya pisang juga dinilai tidak rasional. Hal ini mengingat bahwa tanah kapur (dominan) sangat sesitif terhadap air, sedangkan pohon pisang merupakan filter dan tandon air dalam batang tubuhnya. Walaupun sering ditemukan tumbuhan pisang yang lebat daun dan buahnya, akan tetapi terbatas pada tanah-tanah alluvial hasil pencucian top soil (mikro sedimentasi) yang luasnya hanya (±0,0081%) dari luas Nusakambangan.

Akibat-akibat yang cenderung ditimbulkan oleh aktivitas ekonomi melalui
pemanfaatan sumberdaya lahan, akan memberikan kontribusi negatif terhadap kondisi fisik wilayah P. Nusakambangan. Diterbitkannya SK. Menteri Kehakiman No.14. UM.01.06.17 tanggal 24 April 1995, tampaknya dapat dipergunakan sebagai alasan kuat bagi Pemeritahan Kabupaten Cilacap untuk mengendalikan kemungkinan-kemungkinan pemanfaatan sumberdaya bahan baku alam lainnya di Nusakambangan. Atas dasar itulah pengembangan wisata alam P. Nusakambangan kini menjadi strategis kedudukannya, untuk itu kini menjadi tantangan bagi semua pihak untuk “mewujudkannya”

Kumpulan Makalah Periode 1987-2008
Mitos Segara Kidul Dan Kembang Wijayakusuma
Selain fenomena alam yang unik dan bangunan bersejarah, mitos masyarakat
daratan Cilacap dan desa nelayan kampung laut Segara Anakan, secara turun menurun
mempunyai ceritera dan mitos yang erat kaitannya dengan pantai (segara kidul, dan
Nusakambangan) seperti Kembang Wijaya Kusumah dan Nyi Loro Kidul.
Mitos terhadap kembang Wijaya Kusuma, telah banyak diceriterakan dalam seni
budaya, apakah dalam ceritera wayang kulit, atau upacara Kesultanan di lingkungan Keraton
Solo. Dalam perwayangan, kembang Wijaya Kusuma (Kembang Cangkok Wijaya Kusuma),
merupakan senjata ampuh karena mampu menghidupan kembali setiap insan manusia
(wayang) yang belum saatnya meninggal. Dalam upacara Kesultanan Solo, kembang ini
dianggap sebagai syarat mutlak (sesajen) pada upacara-upacara besar.
Berbeda halnya dengan mitos Nyi Loro Kidul, oleh kepercayaan masyarakat pantai
dianggap sebagai punggawa (yang berkuasa) di laut Kidul (Selatan). Cerita ini sangat trakdis,
karena bentuk-bentuk kejadian-kejadian di laut satu atau dua minggu sebelumnya telah
dilontarkan apakah melalui mimpi atau ada seseorang yang konon muncul (wanita cantik)
yang memberi tahu kepada salah seorang masyakat (nelayan) yang intinya bakal ada sesuatu
yang bakal terjadi.
Aspek Pengembangan Wisata Alam Dan Sejarah
Gagasan pengembangan wisata alam Nusakambangan telah banyak dilontarkan. Ada
yang menggagas dalam bentuk jalur wisata layang (kereta gantung mulai dari Teluk Penyu
dan menuju ke Nusakambangan dan kembali lagi ke stasiun awal). Gagasan lain, sebagai
wahana wisata alam kepulauan, dan ada juga yang menggagas khusus wisata alam biologi
dan geologi, serta kemungkinan ada beberapa gagasan lainnya. Pendekatan lain yang dinilai
rasional dan belum banyak dikembangkan khususnya di daerah tropis adalah wisata alam dan
sejarah yang kini menjadi kunci pengembangan yang mampu sebagai daya tarik
Nusakambangan untuk dijadikan wahana wisata yang bertaraf internasional.
Pendekatan pengembangan wisata bertaraf internasional, pada hakekatnya ingin
mengemas potensi Nusakambangan sebagai wahana wisata berbasis alam dan sejarah.
Bentuk rancangan pengembangnnya, dipilah menjadi tiga kelompok tujuan wisata yaitu: zona
Timur, Tengah dan Barat.
Zona Timur, meliputi obyek wisata (a) sejarah dengan mengunjungi Monumen Alteleri
Benteng Pendem, Mercusuar Cimiring, (b) Cagar Alam Nusakambangan Timur; (c)
petualangan alam gua kledeng, panembang dan sikempis, (d) alam P. Karangbandung yang
dikenal dengan Kembang Wijaya Kusuma.
Potensi wisata zona Tengah, meliputi obyek wisata (a) sejarah dengan mengunjungi
monumen Nusakambangan di Pelabuhan Sodong, pesanggaran dan eks lembaga
pemasyarakatan Buntu, (b) petualangan alam penelusuran gua pasir, kelelawar, bisikan, ratu
dan putri, (c) menikmati pemandangan alam dengan mengunjungi pesanggrahan yang
terletak di puncak bukit, dimana pada tempat ini beberapa rumah penjara terlihat dengan
jelas, demikian halnya dengan kota Cilacap dan Kampung laut, serta (d) menikmati panorama
pantai pasir putih (Permisan), dengan pemandangan karang dan obak yang besar.
4
Kumpulan Makalah Periode 1987-2008
Zona Barat, meliputi obyek wisata (a) petualangan mengunjungi gua-gua alam (salak,
ketapang, dan bantar panjang), (b) Eks Lapas Nirbaya Gladagan 1912, (c) Cagar Alam
Nusakambangan Barat dan Hutan Lindung pohon Pahalar.
Konsep Pengembangan Wisata Alam Dan Sejarah
Gagasan untuk mempertahankan keaslian, keindahan, keunikan, dan nilai-nilai
sejarah, hendaknya dikondisikan sebagai komitmen yang merupakan konsep dan kriteria
dasar pengembangan wisata alam Nusakambangan. Pengembangan dalam bentuk fisik dapat
dikendalikan, kecuali pada beberapa lokasi yang mutlak diperlukan (dermaga/jalan utama).
Konsepsi dasar pengembangannya berdasarkan zona obyek wisata seperti yang digagas oleh
beberapa putra daerah. Sarana jalan menuju obyek-obyek wisata berupa jalan setapak, yang
dirancang sebagai jalur mikro antara lokasi obyek satu dengan lainnya, dalam suatu wilayah
zonase obyek wisata.
Keunikan potensi alam P. Nusakambangan, sejarah dan mitosnya, serta mencermati
atas dunia usaha kewisataan alam, khususnya di negara-negara tropis berbasis kelautan,
mendudukan posisi Nusakambangan menjadi strategis dan sejajar, serta merupakan bagian
dari jalur wisata nasional (P. Bali, Prambanan-Borobudur, Nusakambangan dan Alam
Priangan Timur).
Aspek pengetahuan yang dapat dinikmati oleh setiap insan wisatawan seperti yang
telah digagas, ingin mewujudkan Nusakambangan sebagai (a) “little Amazone of Central
Java”, dengan atraksi-aktraksi panorama alam Cagar Alam Nusakambangan Timur dan Barat
seluas ± 1.205 ha, (b) “Alcatraz of Indonesia” yang menyerupai panorama kawasan
pembinaan narapidana di salah satu Pulau terpencil di Amerika, (c) “Historic Adventure
Tourism”, dengan fenomena peninggalan benteng Portugis. Ketiganya gagasan tersebut
dipaduserasikan dengan acara-acara adat seperti sedekah bumi dan laut (Jala sudra), adat
sekaran dan masih banyak fenomena lain yang belum tergali.
Aspek Pengembangan Wisata Alam Nusakambangan
Niat kesungguhan Pemda Cilacap untuk mengembangkan kawasan wisata alam
Nusakambangan, telah dilontarkan, diungkap dan dikemas dalam bentuk obsesi terpadu,
seperti tersirat dalam Rencana Pembangunan Strategis Pemda Cilacap tahun 2002. Konsepsi
dasar inilah yang memposisikan P. Nusakambangan sebagai daerah tujuan wisata unggulan
Jawa Tengah yang mampu mendukung terselenggaranya Otonomi Daerah.
Selain aspek kebijakan, pembangunan berazaskan keperidian dan aspirasi
masyarakat pada dasarnya merupakan strategi yang ingin diwujudkan. Oleh sebab itu
rancangan pembangunannya lebih memfokuskan terhadap daya tarik obyek wisata spesifik,
direncanakan secara terpadu, terprogram, dan berkelanjutan, serta mengacu atas
keselarasan dan kesinambungan pembangunan regional.
Dalam pada itu, konsep pembangunannya diarahkan untuk (a) mampu mendorong
dan meningkatkan perkembangan kehidupan ekonomi dan sosial budaya setempat, (b)
ketragisan dalam nilai-nilai agama dan adat istiadat lingkungan kehidupan masyarakat, (c)
5
Kumpulan Makalah Periode 1987-2008
memacu pelestarian budaya dan lingkungan hidup, serta (d) kelangsungan hidup kawasan
wisata itu sendiri. Lebih jauh bahwa ekoturisme akhir-akhir ini berkembang sebagai fenomena
penting dalam industri pariwisata dan upaya konservasi, sebagai satu kesatuan program
secara terpadu yang tidak saja mendorong para pengunjung (pelancong) peka terhadap
lingkungan, tetapi juga ikut menghidupkan perputaran roda perekonomian daerah. Kegiatan
ekoturisme berbasis lingkungan alam, diharapkan dapat memberikan kontribusi nyata, baik
dalam perolehan pendapatan asli daerah (PAD), maupun terbinanya pelestarian alam secara
berkelanjutan.
Harapan dan Tantangan
Keunikan alam, kekayaan budaya serta keindahan lansekap alam tropis P.
Nusakambangan (potensi kawasan Cagar Alam dan fenomena lainnya), merupakan aset
penting sebagai salah satu tujuan wisata. Namun demikian untuk mewujudkan P.
Nusakambangan sebagai daerah tujuan wisata tidaklah sederhana, baik ditinjau dari birokrasi
wewenang pengelolaan, sumber dana dan pengelola yang memiliki rasa tanggung-jawab
“Sances of belonging”.
Upaya menyakinkan kepada semua pihak khususnya terhadap wewenang pengelola
(Departemen Kehakiman), Pemerintah Daerah Kabupaten Cilacap, Lembaga Biologi Nasional
dan beberapa Instansi terkait lainnya, merupakan langkah awal yang ditempuh sebagai
jawaban terhadap tantangan yang dihadapi. Kesadaran atas makna pemahaman pentingnya
sejarah, pelestarian potensi sumberdaya alam kepulauan, serta pengembangan potensi
wilayah sebagai salah satu aset wisata daerah, pada hakekatnya merupakan harapan bagi
semua pihak berkepentingan (stakeolder).
Daftar Rujukan
Laporan Tahunan Dinas Pariwisata tahun 2000, Kabupaten Cilacap.
Wawancara (23 Pebruari 2003), pegawai LP. Nasakambangan, Cilacap
3
Kumpulan Makalah Periode 1987-2008
Mitos Segara Kidul Dan Kembang Wijayakusuma
Selain fenomena alam yang unik dan bangunan bersejarah, mitos masyarakat
daratan Cilacap dan desa nelayan kampung laut Segara Anakan, secara turun menurun
mempunyai ceritera dan mitos yang erat kaitannya dengan pantai (segara kidul, dan
Nusakambangan) seperti Kembang Wijaya Kusumah dan Nyi Loro Kidul.
Mitos terhadap kembang Wijaya Kusuma, telah banyak diceriterakan dalam seni
budaya, apakah dalam ceritera wayang kulit, atau upacara Kesultanan di lingkungan Keraton
Solo. Dalam perwayangan, kembang Wijaya Kusuma (Kembang Cangkok Wijaya Kusuma),
merupakan senjata ampuh karena mampu menghidupan kembali setiap insan manusia
(wayang) yang belum saatnya meninggal. Dalam upacara Kesultanan Solo, kembang ini
dianggap sebagai syarat mutlak (sesajen) pada upacara-upacara besar.
Berbeda halnya dengan mitos Nyi Loro Kidul, oleh kepercayaan masyarakat pantai
dianggap sebagai punggawa (yang berkuasa) di laut Kidul (Selatan). Cerita ini sangat trakdis,
karena bentuk-bentuk kejadian-kejadian di laut satu atau dua minggu sebelumnya telah
dilontarkan apakah melalui mimpi atau ada seseorang yang konon muncul (wanita cantik)
yang memberi tahu kepada salah seorang masyakat (nelayan) yang intinya bakal ada sesuatu
yang bakal terjadi.
Aspek Pengembangan Wisata Alam Dan Sejarah
Gagasan pengembangan wisata alam Nusakambangan telah banyak dilontarkan. Ada
yang menggagas dalam bentuk jalur wisata layang (kereta gantung mulai dari Teluk Penyu
dan menuju ke Nusakambangan dan kembali lagi ke stasiun awal). Gagasan lain, sebagai
wahana wisata alam kepulauan, dan ada juga yang menggagas khusus wisata alam biologi
dan geologi, serta kemungkinan ada beberapa gagasan lainnya. Pendekatan lain yang dinilai
rasional dan belum banyak dikembangkan khususnya di daerah tropis adalah wisata alam dan
sejarah yang kini menjadi kunci pengembangan yang mampu sebagai daya tarik
Nusakambangan untuk dijadikan wahana wisata yang bertaraf internasional.
Pendekatan pengembangan wisata bertaraf internasional, pada hakekatnya ingin
mengemas potensi Nusakambangan sebagai wahana wisata berbasis alam dan sejarah.
Bentuk rancangan pengembangnnya, dipilah menjadi tiga kelompok tujuan wisata yaitu: zona
Timur, Tengah dan Barat.
Zona Timur, meliputi obyek wisata (a) sejarah dengan mengunjungi Monumen Alteleri
Benteng Pendem, Mercusuar Cimiring, (b) Cagar Alam Nusakambangan Timur; (c)
petualangan alam gua kledeng, panembang dan sikempis, (d) alam P. Karangbandung yang
dikenal dengan Kembang Wijaya Kusuma.
Potensi wisata zona Tengah, meliputi obyek wisata (a) sejarah dengan mengunjungi
monumen Nusakambangan di Pelabuhan Sodong, pesanggaran dan eks lembaga
pemasyarakatan Buntu, (b) petualangan alam penelusuran gua pasir, kelelawar, bisikan, ratu
dan putri, (c) menikmati pemandangan alam dengan mengunjungi pesanggrahan yang
terletak di puncak bukit, dimana pada tempat ini beberapa rumah penjara terlihat dengan
jelas, demikian halnya dengan kota Cilacap dan Kampung laut, serta (d) menikmati panorama
pantai pasir putih (Permisan), dengan pemandangan karang dan obak yang besar.
4
Kumpulan Makalah Periode 1987-2008
Zona Barat, meliputi obyek wisata (a) petualangan mengunjungi gua-gua alam (salak,
ketapang, dan bantar panjang), (b) Eks Lapas Nirbaya Gladagan 1912, (c) Cagar Alam
Nusakambangan Barat dan Hutan Lindung pohon Pahalar.
Konsep Pengembangan Wisata Alam Dan Sejarah
Gagasan untuk mempertahankan keaslian, keindahan, keunikan, dan nilai-nilai
sejarah, hendaknya dikondisikan sebagai komitmen yang merupakan konsep dan kriteria
dasar pengembangan wisata alam Nusakambangan. Pengembangan dalam bentuk fisik dapat
dikendalikan, kecuali pada beberapa lokasi yang mutlak diperlukan (dermaga/jalan utama).
Konsepsi dasar pengembangannya berdasarkan zona obyek wisata seperti yang digagas oleh
beberapa putra daerah. Sarana jalan menuju obyek-obyek wisata berupa jalan setapak, yang
dirancang sebagai jalur mikro antara lokasi obyek satu dengan lainnya, dalam suatu wilayah
zonase obyek wisata.
Keunikan potensi alam P. Nusakambangan, sejarah dan mitosnya, serta mencermati
atas dunia usaha kewisataan alam, khususnya di negara-negara tropis berbasis kelautan,
mendudukan posisi Nusakambangan menjadi strategis dan sejajar, serta merupakan bagian
dari jalur wisata nasional (P. Bali, Prambanan-Borobudur, Nusakambangan dan Alam
Priangan Timur).
Aspek pengetahuan yang dapat dinikmati oleh setiap insan wisatawan seperti yang
telah digagas, ingin mewujudkan Nusakambangan sebagai (a) “little Amazone of Central
Java”, dengan atraksi-aktraksi panorama alam Cagar Alam Nusakambangan Timur dan Barat
seluas ± 1.205 ha, (b) “Alcatraz of Indonesia” yang menyerupai panorama kawasan
pembinaan narapidana di salah satu Pulau terpencil di Amerika, (c) “Historic Adventure
Tourism”, dengan fenomena peninggalan benteng Portugis. Ketiganya gagasan tersebut
dipaduserasikan dengan acara-acara adat seperti sedekah bumi dan laut (Jala sudra), adat
sekaran dan masih banyak fenomena lain yang belum tergali.
Aspek Pengembangan Wisata Alam Nusakambangan
Niat kesungguhan Pemda Cilacap untuk mengembangkan kawasan wisata alam
Nusakambangan, telah dilontarkan, diungkap dan dikemas dalam bentuk obsesi terpadu,
seperti tersirat dalam Rencana Pembangunan Strategis Pemda Cilacap tahun 2002. Konsepsi
dasar inilah yang memposisikan P. Nusakambangan sebagai daerah tujuan wisata unggulan
Jawa Tengah yang mampu mendukung terselenggaranya Otonomi Daerah.
Selain aspek kebijakan, pembangunan berazaskan keperidian dan aspirasi
masyarakat pada dasarnya merupakan strategi yang ingin diwujudkan. Oleh sebab itu
rancangan pembangunannya lebih memfokuskan terhadap daya tarik obyek wisata spesifik,
direncanakan secara terpadu, terprogram, dan berkelanjutan, serta mengacu atas
keselarasan dan kesinambungan pembangunan regional.
Dalam pada itu, konsep pembangunannya diarahkan untuk (a) mampu mendorong
dan meningkatkan perkembangan kehidupan ekonomi dan sosial budaya setempat, (b)
ketragisan dalam nilai-nilai agama dan adat istiadat lingkungan kehidupan masyarakat, (c)

5
Kumpulan Makalah Periode 1987-2008
memacu pelestarian budaya dan lingkungan hidup, serta (d) kelangsungan hidup kawasan
wisata itu sendiri. Lebih jauh bahwa ekoturisme akhir-akhir ini berkembang sebagai fenomena
penting dalam industri pariwisata dan upaya konservasi, sebagai satu kesatuan program
secara terpadu yang tidak saja mendorong para pengunjung (pelancong) peka terhadap
lingkungan, tetapi juga ikut menghidupkan perputaran roda perekonomian daerah. Kegiatan
ekoturisme berbasis lingkungan alam, diharapkan dapat memberikan kontribusi nyata, baik
dalam perolehan pendapatan asli daerah (PAD), maupun terbinanya pelestarian alam secara
berkelanjutan.
Harapan dan Tantangan
Keunikan alam, kekayaan budaya serta keindahan lansekap alam tropis P.
Nusakambangan (potensi kawasan Cagar Alam dan fenomena lainnya), merupakan aset
penting sebagai salah satu tujuan wisata. Namun demikian untuk mewujudkan P.
Nusakambangan sebagai daerah tujuan wisata tidaklah sederhana, baik ditinjau dari birokrasi
wewenang pengelolaan, sumber dana dan pengelola yang memiliki rasa tanggung-jawab
“Sances of belonging”.
Upaya menyakinkan kepada semua pihak khususnya terhadap wewenang pengelola
(Departemen Kehakiman), Pemerintah Daerah Kabupaten Cilacap, Lembaga Biologi Nasional
dan beberapa Instansi terkait lainnya, merupakan langkah awal yang ditempuh sebagai
jawaban terhadap tantangan yang dihadapi. Kesadaran atas makna pemahaman pentingnya
sejarah, pelestarian potensi sumberdaya alam kepulauan, serta pengembangan potensi
wilayah sebagai salah satu aset wisata daerah, pada hakekatnya merupakan harapan bagi
semua pihak berkepentingan (stakeolder).
Daftar Rujukan
Laporan Tahunan Dinas Pariwisata tahun 2000, Kabupaten Cilacap.
Wawancara (23 Pebruari 2003), pegawai LP. Nasakambangan, Cilacap

No comments:

Post a Comment